Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA EMITEN ROKOK: Beban Penjualan Meningkat, GGRM Paling Moncer

Meski beban penjualan emiten rokok sepanjang tahun lalu membengkak, PT Gudang Garam Tbk masih mencatat pertumbuhan kinerja yang positif dan mengungguli emiten rokok lainnya.
Meski beban penjualan emiten rokok sepanjang tahun lalu membengkak, PT Gudang Garam Tbk masih mencatat pertumbuhan kinerja yang positif dan mengungguli emiten rokok lainnya./JIBI
Meski beban penjualan emiten rokok sepanjang tahun lalu membengkak, PT Gudang Garam Tbk masih mencatat pertumbuhan kinerja yang positif dan mengungguli emiten rokok lainnya./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA- Meski beban penjualan emiten rokok sepanjang tahun lalu membengkak, PT Gudang Garam Tbk masih mencatat pertumbuhan kinerja yang positif dan mengungguli emiten rokok lainnya.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan, Selasa (31/3), emiten dengan kode saham GGRM ini meraup pendapatan senilai Rp65,18 triliun sepanjang tahun lalu atau tumbuh 17,58% dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp55,43 triliun. Namun, beban penjualan yang ikutan meroket membuat pertumbuhan laba bersih sedikit tertekan.

KINERJA EMITEN ROKOK: Beban Penjualan Meningkat, GGRM Paling Moncer

Disebutkan beban pokok penjualan mencapai Rp51,8 triliun dari Rp44,56 triliun pada 2013. Kenaikan beban pokok penjualan disebabkan oleh biaya produksi yang semakin meningkat akibat kenaikan bahan baku.

Pada 2014, biaya produksi bahan baku tercatat Rp13,85 triliun atau naik dari periode sebelumnya yang tercatat Rp11,49 triliun. Selain itu, kenaikan beban penjualan juga didorong oleh biaya pita cukai, PPN dan pajak rokok menjadi Rp35,23 triliun dari sebelumnya Rp29,76 triliun.

Renaldy Effendy, analis PT KDB Daewoo Securities mengatakan industri rokok menghadapi kesulitan lantaran potensi pendapatan pajak yang tinggi, yakni 10% dari pajak rokok dan 8,7% pajak cukai (berdasarkan anggaran 2015). Selain itu, regulasi yang ketat dengan membatasi periklanan, baik melalui televisi dan cetak juga memepengaruhi.

Masalah ini memberikan sentimen untuk pemain rokok,” katanya dalam riset yang diterima Bisnis belum lama ini.

Dia berharap, untuk pemain besar seperti GGRM bisa menyalurkan tekanan biaya pajak pada konsumen lantaran posisi merk yang kuat di pasar.

Adapun, perseroan meraup laba kotor pada periode 2014 senilai Rp13,37 triliun dari periode sebelumnya Rp10,87 triliun. Laba usaha tercatat Rp8,57 triliun atau naik 28,10% dari Rp6,69 triliun. Sementara itu, perolehan laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk tercatat Rp5,36 triliun, naik 24,07% dari tahun sebelumnya Rp4,32 triliun.

Bila dibandingkan dengan kinerja emiten rokok lainnya, pertumbuhan kinerja GGRM bisa dikatakan paling moncer. Perusahaan rokok lainnya, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) meraup pendapatan bersih pada tahun lalu Rp80,69 triliun naik dari tahun sebelumnya Rp75,02 triliun. Meski pendapatannya sangat besar, pertumbuhan pada 2014 hanya sekitar 7,55%.

Disebutkan beban pokok penjualan juga meningkat menjadi Rp60,19 triliun dari Rp54,95 triliun. Sehingga, laba kotor yang dibukukan sebesar Rp20,5 triliun dari Rp20 triliun. Adapun, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp10,18 triliun, lebih rendah 5,88% dibandingkan dengan periode 2013 yang mencapai Rp10,81 triliun.

Kenaikan beban pokok penjualan perseroan didorong oleh kenaikan beban produksi yang mencapai Rp14,31 triliun naik dari tahun sebelumnya Rp13,44 triliun. Beban pokok juga dikontribusi dari pita cukai senilai Rp34,71 triliun dari sebelumnya Rp30,50 triliun.

Sementara itu, PT Wismilak Inti Makmur Tbk mencatat penjualan Rp1,66 triliun atau naik 4,40% dibandingkan dengan 2013 senilai Rp1,59 triliun. Beban pokok penjualan tercatat Rp1,17 triliun naik dari beban pokok penjualan tahun sebelumnya yang senilai Rp1,11 triliun. Beban usaha perseroan yang naik menjadi Rp321 miliar dari sebelumnya Rp289,38 miliar juga turut menekan kinerja perseroan.

Naiknya beban pokok penjualan, beban usaha, dan beban bunga membuat laba bersih perseroan turun. Sepanjang tahun lalu, laba bersih perseroan tercatat Rp112,15 miliar atau melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat Rp132,32 miliar.

Adapun, PT Bentoel International Investama (RMBA) mengalami rugi bersih senilai Rp2,27 triliun sepanjang tahun lalu. Kerugian ini meningkat dari tahun sebelumnya yang senilai Rp1,04 triliun. Beban pokok penjualan perseroan juga menbengkan menjadi Rp12,57 triliun dari sebelumnya Rp10,49 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper