Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: Tertekan Kemungkinan Hasil Negosiasi Nuklir Iran

Harga minyak mentah dunia melemah pada perdagangan siang ini, Selasa (31/3/2015). WTI diperdagangkan melemah 1,38% ke US$48,01 per barel. Brent melemah 0,76% ke US$55,86/barel.
 ilustrasi./
ilustrasi./

Bisnis.com, JAKARTA— Harga minyak mentah dunia melemah pada perdagangan siang ini, Selasa (31/3/2015).

WTI diperdagangkan melemah 1,38% ke US$48,01 per barel. Brent melemah 0,76% ke US$55,86/barel.

Strategydesk, Divisi Riset Soegee Futures mengemukakan minyak melanjutkan kejatuhannya hari ini, setelah mengalami penurunan terbesar dalam hampir dua bulan akhir pekan lalu. Di tengah negosiasi nuklir Iran dan proyeksi permintaan yang rendah.

“Iran masih berunding dengan enam negara besar mengenai program nuklirnya dan diharapkan tercipta kesepakatan pada tenggat waktu besok,” kata Strategydesk dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (31/3/2015).

Dikemukakan pembicaraan intensif dilakukan di Swiss hari ini. Perwakilan dari enam besar, yaitu AS, Rusia, Prancis, Jerman, Inggris, dan China, bertemu dengan menteri luar negeri Iran.

Esensi dari pertemuan tersebut,tambahhnya, adalah menjaga Iran setidaknya satu tahun dari kemampuan memproduksi nuklir untuk senjata. Iran sendiri berulang kali mengatakan program nuklirnya damai, bukan untuk membuat senjata.

“Kedua pihak membahas kompromi seputar tingkat pengayaan uranium dan inspeksi,” tulis Strategydesk.

Menurut para analis, ujarnya, bila terjadi kesepakatan maka membuka peluang relaksasi sanksi atas Iran, yang akan diperbolehkan menambah ekspor minyaknya.

“Kondisi ini dikhawatiran bakal menambah pasokan minyak global yang sudah berlimpah. Namun banyak kalangan yang masih skeptis kesepakatan konkrit bisa tercapai.”

Harga juga tertekan menyusul proyeksi terbaru dari Barclays yang menyebutkan permintaan minyak dunia tidak akan cukup kuat untuk mengangkat harga karena pasokan minyak tetap berlimpah.

Menurut Barclays, di negara maju Asia, pertumbuhan permintaan turun 4% selama kuartal pertama. Selain itu, apresiasi dolar masih mempersulit pemulihan harga.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper