Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun Kambing Bagus Untuk Investasi Saham dan Obligasi, Berikut Ulasannya

Para ekonom PT Danareksa Investment Management (Persero) meyakini tahun ini akan menjadi momentum yang baik untuk mengalirkan modal ke saham atau obligasi.

Bisnis.com, SURABAYA – Para ekonom PT Danareksa Investment Management (Persero) meyakini tahun ini akan menjadi momentum yang baik untuk mengalirkan modal ke saham atau obligasi.

Ekonom Danareksa Rafdi Prima menjelaskan dalam hal investasi saham, tren suku bunga yang mulai melunak dapat menggairahkan iklim bisnis. Sebab, margin laba yang dapat dikeruk investor berpeluang lebih besar.

“Sejak November 2014, saya melihat tahun ini akan menjadi lebih optimistis. Sejak harga minyak turun, penjualan mungkin tidak akan naik, tapi laba akan naik signifikan karena biaya produksi makin rendah, atau turun antara 60%-70%,” katanya seperti dikutip Bisnis.com, Kamis (26/2/2015).

Keputusan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga acuan dari 7,75% dari 7,5%, lanjutnya, dapat mendorong potensi peningkatan laba dari hanya 11% menjadi 16%. “Jadi investasi bisa naik, akibatnya IHSG bisa menguat. Dengan demikian ada peluang revisi ke atas pertengahan tahun ini.”

Dia menambahkan iklim investasi Indonesia masih sangat menarik bagi investor asing. Pasalnya, kata Rafdi, pasar di Indonesia termasuk yang menawarkan price-to-earning cukup tinggi di Asean.

Di Indonesia, price-to-earning dapat mencapai 15 kali lipat, sedangkan rerata Asean mencapai 16 kali lipat. Namun, RI masih kalah telah dari Filipina yang sudah mampu mencapai 19 kali lipat, karena negara tersebut telah mengantongi status investment grade.

“Tapi, tahun depan valuasi kita akan lebih tinggi. Sejak Moody’s menaikkan peringkat utang Indonesia, price-to-earning Indonesia tidak pernah di bawah 12 kali lipat. Market Indonesia itu susah turun, karena likuiditasnya makin banyak,” sebutnya.

Dari dalam negeri, kenaikan dana dari institusi domestik juga membuat pasar Indonesia makin menguat, karena uang yang beredar di pasar selalu tersedia.  Indonesia, menurut Rafdi, diuntungkan karena masyarakatnya lebih konsumtif dibanding negara Asean lain.

“Orang Indonesia lebih konsumtif, lebih banyak dibanding Malaysia. Anak-anaknya juga banyak, dan mereka suka menyiapkan rumah untuk anak. Jadi opportunity bisnis di sini lebih bagus daripada Malaysia. Jadi, aliran modal masih akan masuk ke sini.”

Sejak BI rate diturunkan, katanya, iklim investasi menjadi lebih optimistis karena angka konsumsi dapat makin terdorong. Hal itu akan membuat laba emiten lebih bergeliat. “Karena uang di sirkulasi selalu ada, laba emiten bisa makin besar. Kecuali mungkin untuk emiten tambang dan minyak.”

Dari sisi pasar obligasi, dia melihat ada prospek yang juga cerah karena investor lebih mudah mendapat bunga melalui surat utang. Selama inflasi terkendali, ekspetasi harga obligasi akan naik. Sekalipun ada penurunan imbal, Rafdi memprediksi hal tersebut tidak akan signifikan.

Untuk tahun ini, saham yang dinilainya paling prospektif a.l. perusahaan perbankan, consumer goods, dan telekomunikasi yang semuanya langsung berhubungan dengan ‘kantong’ masyarakat.

“Dengan turunnya harga BBM, akan nada extra money bagi masyarakat untuk berbelanja. Selain itu, saham-saham perusahaan infrastruktur dan media masih menjadi favorit investor lokal, karena semakin lama akan semakin besar. Kalau nanti sudah besar, baru investor asing yang akan masuk.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper