Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Simak Jurus Garuda Indonesia Lunasi Utang Triliunan Rupiah

Terlilit utang hingga US$980 juta setara dengan Rp12,54 triliun, manajemen maskapai penerbangan milik pemerintah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memiliki kiat-kiat khusus untuk melunasinya. Apa jurusnya?
Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Tbk. Arif Wibowo. /Antara
Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Tbk. Arif Wibowo. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA--Terlilit utang hingga US$980 juta setara dengan Rp12,54 triliun, manajemen maskapai penerbangan milik pemerintah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. memiliki kiat-kiat khusus untuk melunasinya. Apa jurusnya?

I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, Direktur Keuangan & Manajemen Risiko Garuda Indonesia, yang baru saja diangkat sebagai direksi mendampingi Direktur Utama Arief Wibowo memiliki jurus jitu dalam pelunasan utang. Dia yakin, dalam dua tahun ke depan, utang Garuda bakal berkurang US$200 juta.

"Kami akan reprofiling semua utang yang kami miliki. Kami akan mencoba untuk mereduksi utang dari US$980 juta menjadi US$780 juta dalam dua tahun," katanya saat berbincang dengan awak media di Kantor Garuda Indonesia Cabang Jakarta, Selasa (24/2/2015).

Dia mengakui, utang emiten berkode saham GIAA tersebut memang cukup tinggi dengan tenor yang sangat pendek. Utang yang mayoritas berasal dari bank komersial itu akan jatuh tempo maksimum 3 tahun.

Tak pelak, manajemen GIAA tak bisa bernafas lega. Maskapai pelat merah tak dapat memanfaatkan kas dengan leluasa untuk ekspansi karena beban pembayaran utang.

Tengok saja, pada kuartal I/2015, GIAA harus membayar utang jatuh tempo sebesar US$350 juta. Setahun berikutnya, Garuda harus membayar utang jatuh tempo hingga US$150 juta.

Padahal, hingga akhir tahun 2014, manajemen GIAA memerkirakan kinerja perseroan belum menggembirakan. Rugi bersih GIAA diproyeksikan masih lebih tinggi dari Rp2 triliun sepanjang tahun lalu.

Sejumlah langkah disiapkan. Manajemen harus bekerja ekstra keras. Memupuk pendapatan, efisiensi, hingga menata ulang utang perseroan.

Pendapatan digenjot dengan menata rute-rute menguntungkan. Rute rugi ditutup. Rute gemuk ditambah frekuensi penerbangan. Kursi kelas ekonomi ditambah. Kinerja anak usaha digenjot.

Penghematan di berbagai lini dilakukan. Efisiensi operasional hingga bahan bakar digalakan. Terbesar, lindung nilai dengan cross curency swap demi menjaga fluktasi nilai tukar rupiah, pun dilakukan.

Hitung-hitungannya, GIAA dapat menekan beban rugi kurs hingga US$148 juta dari transaksi lindung nilai yang dilakukan bersama sejumlah perbankan.

Sementara itu, reprofiling utang dilakukan untuk memberikan 'nafas' bagi arus kas perseroan. Rencana awal, GIAA bakal menerbitkan obligasi global di Singapura sebesar US$500 juta.

Kondisi pasar Singapura yang tengah sepi, membuat rencana itu batal. Padahal, emisi global bonds itu akan digunakan untuk membayar utang pada triwulan pertama tahun ini.

Tak tinggal diam, manajemen kemudian memutar otak. Mereka terbang ke Dubai, Uni Emirat Arab. Akhirnya, mereka berhasil meraih pinjaman berupa bridging facility sebesar US$400 juta dengan tenor 12 bulan.

Dua bank besar Timur Tengah yakni National Bank of Abu Dhabi dan Dubai Islamic Bank PJSC berkomitmen memberikan bridging loan masing-masing US$200 juta. Bunga yang ditawarkan sebesar LIBOR+3% dan akan digunakan untuk membayar utang jatuh tempo US$350 juta.

Pada awalnya, kedua bank itu menawarkan agar Garuda meminjam dana hingga US$1 miliar. Tetapi, manajemen GIAA menolak dengan alasan mereka hanya membutuhkan dana untuk sementara.

Bridging loan tersebut dikantongi sembari perseroan mempersiapkan emisi Sukuk global senilai US$500 juta. Hasil emisi Sukuk global tersebut, akan digunakan untuk membayar bridging loan dari kedua bank itu.

Bahkan, kedua bank asal Timur Tengah itu berkomitmen untuk menjadi penjamin pelaksana emisi Sukuk global yang rencananya akan dieksekusi pertengahan April tahun ini. Setidaknya, perseroan akan menunjuk arrangger 5-6 bank untuk aksi korporasi tersebut.

Bila emisi Sukuk global yang rencananya akan diterbitkan di Dubai tidak diserap investor, manajemen GIAA dipastikan akan mendapatkan pinjaman dari dua bank yang sama. Mereka berkomitmen untuk mengubah bridging facility menjadi utang jangka panjang US$500 juta bertenor tujuh tahun.

Nah, setelah emisi Sukuk global, manajemen GIAA berencana untuk emisi obligasi rupiah senilai Rp2 triliun. Rencananya, obligasi yang akan diterbitkan di dalam negeri itu akan dilangsungkan tahun depan seiring utang jatuh tempo sebesar US$150 juta.

Tidak hanya itu, Ari Askhara juga tengah menimbang untuk penerbitan obligasi kembali maupun mengincar pinjaman bank senilai total US$280 juta. Aksi korporasi tersebut bakal digunakan untuk reprofiling sisa utang pada tahun depan.

"Reprofiling total US$980 juta dengan US$500 juta berupa dolar AS, sebesar US$200 juta berupa rupiah, dan US$280 masih dalam opsi rupiah maupun dolar AS," paparnya.

Apabila reprofiling utang GIAA telah dilangsungkan, tentunya manajemen dapat sedikit 'bernafas'. Pasalnya, arus kas akan semakin sehat dengan beban utang akan lebih panjang.

Ari memastikan, penerbitan utang baru perseroan tidak akan menambah risiko eksposure terhadap ekuitas. Diharapkan, reprofiling utang akan menambah covenance dengan tingkat bunga yang lebih rendah pula.

Mengacu pada laporan keuangan perseroan, GIAA memiliki utang jangka panjang per 30 September 2014 sebesar US$578,1 juta atau setara Rp6,93 triliun dari sebelumnya US$324,6 juta.

Liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun mencapai US$255,64 juta, dan utang obligasi sebesar US$162,7 juta atau setara dengan Rp1,95 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper