Bisnis.com, JAKARTA- Rupiah ditutup turun 0,11% di Rp12.686 setelah sempat ditransaksikan di atas Rp12.700
Rupiah ditutup turun 0,11% di Rp12.686 setelah sempat ditransaksikan di atas Rp12.700
Mata uang di Asia Tenggara cenderung melemah, hanya dolar Singapura dan baht Thailand yang menguat. Dolar Singapura naik 0,04%, baht Thailand 0,59%. Sementara itu mata uang rupiah melemah 0,15%, ringgit Malaysia 0,17%, peso Filipina 0,13%.
Rupiah masih galau, deflasi dan surplus perdagangan dalam negeri tidak mampu menahan rupiah terus meninggalkan 12.700. Pada pk. 12:35 WIB, rupiah melemah 0,22% ke Rp12.750/US$,
Setelah BPS mengumumkan Desember terjadi surplus, rupiah mulai bereaksi dan terangkat dari level 12.700 ke Rp12.696/US$.
BPS mengumumkan IIndonesia pada Januari 2015 mengalami deflasi 0,24% dengan tingkat inflasi inti 4,99%, rupiah masih bertengger di Rp12.710/US$ atau melemah 0,3%..
Kurs tengah Bank Indonesia nilai tukar rupiah atas dolar AS melemah 0,59% ke Rp12.700/US$.
Rupiah melemah 0,36% ke Rp12.718/US$. “Kami perkirakan rupiah bergerak di kisaran 12.630—12.760,” kata Analis Teknikal Bahana Securities Muhammad Wafi dalam risetnya.
Rupiah melemah 0,29% ke Rp12.709/US$.
Rupiah bergerak turun 0,19% ke Rp12.696 pada sekitar pembukaan BEI
Berdasarkan Bloomberg Dollar Index pada hari ini rupiah dibuka melemah 0,42% ke Rp12.725/US$. Pada Jumat (30/1/2015), rupiah ditutup melemah 0,72% ke Rp12.672/US$.
Indeks dolar AS seperti dikutip dari Bloomberg, pada perdagangan hari, Senin (2/2/2015) dibuka melemah 0,16% ke 94,65. Pada Jumat (30/1/2015), indeks ditutup menguat 0,02% ke 94,804.
Badan Pusat Statistik pada Senin (2/2/2015) akan mengumumkan data makro ekonomi dalam negeri. “Fokus pasar diprediksi akan berada pada data inflasi dan neraca perdagangan dalam negeri,” kata Analis Panin Sekuritas Purwoko Sartono dalam risetnya. Dikemukakan berdasarkan konsensus inflasi Januari sebesar 0,24% lebih rendah dibandingkan dengan Desember yang cukup tinggi, yakni 2,46%. Purwoko mengatakan neraca perdagangan diprediksi juga surplus $200juta, dibandingkan defisit $426juta sebelumnya.
Rupiah akan mencermati data makro ekonomi dalam negeri yang akan dirilis BPS pada Senin (2/2/2015)
“Adanya pelonggaran moneter di Singapura dan India dinilai akan memicu permintaan akan mata uang save haven, dolar AS. Meski The Fed dalam pertemuan sebelumnya belum memberikan indikasi adanya kenaikan suku bunga, namun sikap optimisme The Fed terhadap perbaikan pereknomian AS membuat laju dolar AS kian meningkat. Tidak banyak berpengaruhnya pertemuan The Fed terhadap penurunan dolar AS, membuat rupiah masih menjadi korban pelemahan,” kata Analis Woori Korindo Securities Indonesia WKSI Reza Priyambada dalam risetnya yang diterima hari ini, Sabtu (31/1/2015).