Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BAKRIE TELECOM (BTEL): Defisiensi Modal Bengkak Jadi Rp3,3 Triliun

Defisiensi modal PT Bakrie Telecom Tbk. sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini membengkak menjadi Rp3,3 triliun dari akhir 2013 sebesar Rp1 triliun.
 Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA -- Defisiensi modal PT Bakrie Telecom Tbk. sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini membengkak menjadi Rp3,3 triliun dari akhir 2013 sebesar Rp1 triliun.

Dibandingkan dengan akhir Juni 2013 yang mencatatkan ekuitas negatif Rp1,32 triliun, defisiensi modal emiten jasa telekomunikasi berkode saham BTEL itu selama tiga bulan ini sudah bertambah Rp1,98 triliun.

Defisiensi modal sebesar Rp3,3 triliun per 30 September 2014 sebagian besar disebabkan penurunan atas nilai aset tetap, selisih kurs, beban keuangan, dan kerugian usah dari tahun-tahun sebelumnya. Pada 30 September 2014, total liabilitas lancar BTEL melampui total asetnya, sebesar Rp3,1 triliun.

Melalui laporan keuangan per September 2014 yang baru dirilis Selasa, (30/12/2014), manajemen BTEL menyebut tiga langkah yang akan dihadapi perseraon.

Pertama, perseroan akan mengikuti semua ketentuan dalam perjanjian perdamaian penyelesaian utang perseroan yang sudah disahkan Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Kedua, melanjutkan kerja sama dengan para pemasok dan operator telekomunikasi lain dalam rangka mengoptimalkan operasi. ketiga, menerapkan kebijakan pengendalian biaya.

Rencana perdamaian yagn sudah disepakati 94,5% kreditur menyebut konversi 70% bagian tagihan kreditur yang memiliki tagihan lebih dari Rp3 miliar menjadi Obligasi Wajib Tukar. Harga pelaksanaan menjadi saham baru perseroan sebesar Rp200 per saham dengan cara tertentu. Sisa tagihan sebesar 30% akan dibayar secara tunai seperti isi perjanjian perdamaian.

Konversi utang ke saham tersebut bermula dari pengajuan permohonan penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang disampaikan PT Netwave Multimedia pada 23 Oktober 2014.

PKPU diajukan karena BTEL tidak membayar utang jatuh tempo ke Netwave sebesar Rp4,74 miliar. Pada rapat kreditur yang digelar 8 Desember 2014 di Pengadilan Niaga, sejumlah 94,5% kreditur setuju atas rencana perdamaian.

Dari sisi kinerja, kerja BTEL sepanjang sembilan bulan pertama 2014 kian kelam. Rugi netonya meningkat 50,66% menjadi Rp2,29 triliun dari sembilan bulan pertama tahun lalu senilai Rp1,52 triliun. Meningkatnya rugi neto disebabkan adanya penurunan nilai aset sebesar Rp457,03 miliar, sedangkan pada sembilan bulan pertama 2013 tidak ada penurunan nilai aset.

Melonjaknya beban lain-lain neto sebesar 1.076,42% serta naiknya beban keuangan sebesar 7,01% juga menekan bottom line. Adapun, pendapatan usaha neto BTEL per akhir September 2014 merosot 37,5% menjadi Rp1 triliun dari akhir September tahun lalu.

Pendapatan jasa telekomunikasi yang menjadi tulang punggung perseroan turun 36,09% menjadi Rp1,08 triliun. Jasa interkoneksi juga turun 26,13% menjadi Rp138,78 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper