Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OBLIGASI GARUDA INDONESIA (GIAA) Bakal Jadi Pilihan Investor

I Made Adi Saputra, analis obligasi PT Nusantara Capital Securities, menilai penerbitan global bond GIAA dapat menjadi pilihan bagi investor. Selama ini, BUMN penerbit surat utang global mayoritas adalah perusahaan sektor energi dan infrastruktur.
 Ilustrasi/JIBI
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA--I Made Adi Saputra, analis obligasi PT Nusantara Capital Securities, menilai penerbitan global bond PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) dapat menjadi pilihan bagi investor.

Selama ini, BUMN penerbit surat utang global mayoritas adalah perusahaan sektor energi dan infrastruktur. Akan tetapi, investor akan memperhatikan kinerja keuangan GIAA sebelum emisi obligasi. Khususnya refinancing yang akan dilakukan perseroan dapat menekan beban bunga atau tidak pada tahun berikutnya.

"Utang yang digantikan baik tenor maupun bunga, kalau dilihat struktur bunga lebih rendah, tentu akan memperbaiki beban bunga perseroan. Tapi perlu dilihat juga cost of fund akan membengkak atau tidak," ungkapnya kepada Bisnis, Minggu (28/12/2014).

Calon investor penyerap global bond GIAA, sambungnya, akan menilai dari sisi kinerja dan peringkat perusahaan penerbit. Bila dibandingkan dengan BUMN penerbit global bond, tentu struktur utang GIAA tidak jauh lebih baik sehingga akan berpengaruh pada bunga yang ditawarkan.

Terlebih lagi, katanya, kinerja GIAA hingga kuartal III/2014 juga masih negatif. Lihat saja, rugi bersih  Garuda mencapai US$219,5 juta atau setara dengan Rp2,63 triliun, melonjak tajam 1.362,62% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu US$15,01 juta.

Per 30 September 2014, pendapatan Garuda mencapai US$2,8 miliar, naik 4,28% dari periode yang sama tahun lalu US$2,68 miliar. Struktur pendapatan Garuda dinilai tidak akan banyak berubah hingga akhir tahun.

Penurunan biaya bahan bakar seiring pelemahan harga minyak dunia memang menjadi keuntungan bagi maskapai peraih bintang lima dari Skytrax tersebut. Namun, penurunan harga avtur tidak dapat mengurangi beban rugi kurs akibat depresiasi nilai tukar rupiah.

Sementara itu, manajemen Garuda yang baru ditunjuk pada 12 Desember lalu, belum tampak memiliki gebrakan dalam menekan kerugian pada kuartal terakhir tahun ini.

Dia menilai, perlu ada sebuah langkah reformasi cukup besar bagi manajemen baru Garuda. Selain dari penurunan beban utang, manajemen juga dapat menekan biaya pegawai yang merupakan fixed cost cukup besar dibandingkan dengan maskapai lain.

"Tidak bisa dibiarkan organisasi yang terlalu gendut, harus ada efisiensi. Pendanaan harus ada perubahan, organisasi juga harus diperbaiki," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper