Bisnis.com, SURABAYA -- Bank Indonesia berpendapat tingginya permintaan dolar pada akhir tahun dipengaruhi musim pembayaran bukan hanya karena ada kepanikan masyarakat.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Waas mengatakan jatuh tempo pembayaran perusahaan kerap terjadi pada akhir tahun. Bila kewajiban tersebut berbentuk dolar maka permintaan mata uang inipun tinggi.
"Ini dipengaruhi perilaku juga, kebutuhan meningkat, seasonal meningkat. Dalam keadaan begitu diperburuk pasokannya menurun," jelasnya di Surabaya, Rabu (17/12/2014).
Menurutnya pasokan valuta asing menurun karena performa ekspor sejumlah komoditas asal Indonesia melemah. Kedua kondisi tersebut, memengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah.
"Tingginya kebutuhan valas untuk transaksi ekonomi akan menyebabkan rentan gejolak ekonomi yang berpotensi mengganggu stabilitas rupiah serta menambah kompleksitas kebijakan moneter dan nilai tukar," jelasnya.
Namun demikian di dalam negeri, Bank Sentral tetap akan mengawasi penarikan valas dalam jumlah besar agar tidak ada penyimpangan. Pengawasan penukaran valuta asing ini juga dilakukan terhadap lembaga nonbank.
Bank Sentral mencatat transaksi rata-rata pembelian uang kertas asing dan cek pelawat di Jawa Timur Rp87,5 miliar per bulan dan penjualan Rp88,3 miliar per bulan. Aktivitas tersebut berasal dari 51 badan penukaran valuta asing berizin di daerah setempat. Dari total usaha berizin tersebut 34 unit perusahaan penukaran valuta asing di Surabaya, 4 di Jember, 10 di Malang dan 3 di Kediri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel