Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: Jatuh Akibat Sikap OPEC

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Kamis memutuskan untuk tidak memotong jumlah produksi minyak mereka meskipun pasokan global berlimpah, memicu harga minyak mentah jatuh hingga lima dolar AS.

Bisnis.com, WINA -  Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Kamis memutuskan untuk tidak memotong jumlah produksi minyak mereka meskipun pasokan global berlimpah, memicu harga minyak mentah jatuh hingga US$5.

Kartel yang menghasilkan sepertiga minyak dunia memilih untuk mempertahankan target produksinya, sekalipun setelah harga minyak jatuh sebesar 35% sejak Juni.

Ke-12 negara anggota kartel "memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksi 30 juta barel per hari" yang telah berdiri selama tiga tahun, OPEC mengatakan dalam sebuah pernyataannya.

Sekretaris Jenderal OPEC Abdullah El-Badri mengatakan kartel akan duduk diam sebelum pertemuan produksi berikutnya yang dijadwalkan pada Juni di Wina, di mana kartel bermarkas.

"Kami harus menunggu dan melihat bagaimana pasar akan menetap," katanya pada konferensi pers penutupan pertemuan tersebut.

"Seperti yang saya katakan berkali-kali ... kami tidak ingin panik." Pergi ke pertemuan terbaru, OPEC menghadapi tekanan dari para anggota yang lebih miskin, terutama Venezuela, untuk memotong produksi karna runtuhnya harga minyak telah memangkas pendapatan berharga mereka.

Namun, anggota-anggota dari Teluk yang kuat menolak desakan pemangkasan produksi kecuali mereka menjamin pangsa pasarnya di arena yang sangat kompetitif, terutama di Amerika Serikat, di mana minyak lebih murah dari serpih batu membanjir telah memberikan kontribusi terhadap kelebihan pasokan global.

"Kita harus menarik kelebihan dari pasar," Menteri Luar Negeri Venezuela Rafael Ramirez mengatakan kepada wartawan menjelang hasil pertemuan Kamis.

Harga jatuh Keputusan OPEC mengiraim harga minyak dunia jatuh ke posisi terendah empat tahun.

Kontrak berjangka New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari merosot menjadi 67,75 dolar AS per barel -- tingkat terendah sejak akhir Mei 2010.

Minyak mentah Brent North Sea, London, untuk pengiriman Januari terpuruk ke posisi US$71,25  per barel, juga terendah dalam empat tahun.

OPEC "mungkin telah sampai pada kesimpulan bahwa periode harga minyak lebih rendah berpotensi bekerja dalam mendukung kelompok dalam jangka panjang, mengingat dorongan itu akan menguntungkan ekonomi global dan karenanya permintaan", kata Tom Pugh, analis komoditas di kelompok riset Capital Economics.

"Meskipun demikian, ada kemungkinan ada ketidaksepakatan besar di antara anggota OPEC, seperti Iran dan Venezuela, yang telah meminta penurunan produksi, dengan anggota Teluk yang berada di posisi keuangan yang lebih kuat." Harga minyak mentah sedang tertekan juga oleh dolar yang lebih kuat dan kekhawatiran tentang menurunnya permintaan energi di ekonomi global yang lemah.

Badan Energi Internasional (IEA) baru-baru ini memperingatkan bahwa "kekalahan harga" itu belum berakhir, dan bahwa minyak mentah berjangka akan meluncur jauh hingga 2015.

Anjloknya harga minyak telah mengipasi kekhawatiran tentang ancaman deflasi dalam perekonomian dunia, dan terutama di zona euro.

Sementara penurunan harga konsumen mungkin terdengar baik bagi konsumen, deflasi dapat memicu lingkaran setan di mana usaha dan rumah tangga menunda pembelian, mencekik permintaan dan menyebabkan perusahaan memberhentikan pegawainya.(Antara/AFP)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Martin Sihombing

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper