Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA BBM NAIK: Harga Semen Buatan SMGR Naik Jadi Rp66.000 Per Zak

Keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bensin dan solar membuat beban perusahaan melonjak, akibatnya PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. akan menaikkan harga jual semen sebesar 2% menjadi Rp66.000 per zak.
Harga BBM naik, harga semen ikut naik. /
Harga BBM naik, harga semen ikut naik. /

Bisnis.com, JAKARTA--Keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bensin dan solar membuat beban perusahaan melonjak, akibatnya PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. akan menaikkan harga jual semen sebesar 2% menjadi Rp66.000 per zak.

Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Agung Wiharto mengatakan penaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 30,76% untuk premium menjadi Rp8.500/liter dan 36,36% untuk solar menjadi Rp7.500/liter, akan menyebabkan komponen biaya membengkak.

"Kami berencana akan mengevaluasi harga mungkin naik 2%. Lihat di lapangan," ungkapnya saat dihubungi Bisnis, Jumat (20/11/2014).

Harga jual semen emiten berkode saham SMGR year to date telah meningkat 4%-5% menjadi Rp65.000/zak. Padahal, dia mengklaim komponen biaya beban telah meningkat 7% pada periode yang sama.

Hitungannya, kenaikkan harga BBM akan berdampak pada melonjaknya biaya transportasi darat. Porsi biaya transportasi mencapai 17% dari total beban dengan 50% diantaranya adalah transportasi laut yang telah menggunakan BBM industri.

Harga BBM diakuinya akan menambah biaya-biaya yang telah meningkat 7% sepanjang tahun ini. Rencana kenaikan harga jual semen sebesar 2% diperkirakan hanya akan menutup naiknya biaya sebelum harga BBM naik.

Perseroan akan tetap melakukan efisiensi di berbagai lini untuk menekan lonjakan beban. Manajemen juga mempertimbangkan banyak aspek sebelum menaikkan harga jual semen.

Perusahaan semen pelat merah ini mempertimbangkan kompetisi di pasaran, jika berat, kenaikan harga semen dinilai akan sia-sia. Daya beli masyarakat yang melemah akibat kenaikan harga BBM, sambungnya, juga perlu menjadi pertimbangan agar target penjualan tetap tercapai.

Perseroan tidak mengubah target pertumbuhan penjualan 6%-7% pada tahun depan seiring pertumbuhan konsumsi semen nasional yang diperkirakan mencapai 5%-6% dari tahun ini. Penaikkan harga BBM diperkirakan hanya akan berdampak pada daya beli masyarakat selama 3-6 bulan sehingga full year target optimistis tercapai.

Penaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate menjadi 7,75% memang diakui akan memukul sektor properti yang memiliki porsi 80% dari total penjualan SMGR. Namun, hal tersebut dapat tertolong oleh pengalihan anggaran subsidi ke sektor infrastruktur yang memiliki porsi 20% terhadap total penjualan SMGR.

Pada 2015, SMGR menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar lebih dari Rp5 triliun. Dana belanja modal berasal dari kas internal dan bila perlu didapat dari pinjaman perbankan dalam negeri.

Sebanyak lebih dari 50% dari total capex, dialokasikan untuk pembangunan pabrik di Indarung Sumatra Barat dan Rembang Jawa Tengah. Investasi kedua proyek itu masing-masing mencapai US$408 juta dan US$352 juta.

Kedua proyek itu rencananya dibiayai dari kas internal yang diperkirakan hingga akhir tahun ini dapat mencapai Rp4 triliun. "Kas kita masih cukup kuat, kalau mau pinjam kemungkinan pertengahan tahun depan," katanya.

Per 30 September 2014, penjualan semen SMGR mencapai 19,1 jut ton atau tumbuh 3,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu 18,5 juta ton. Penjualan tersebut baru mencapai sekitar 71% dari total target tahun ini sekitar 27,06 juta ton.

Hingga triwulan III/2014, SMGR meraup laba bersih Rp4,08 triliun, naik 4,66% dari periode yang sama tahun lalu Rp3,9 triliun. Pendapatan yang dibukukan SMGR meningkat 11,26% menjadi Rp19,34 triliun dari sebelumnya Rp17,39 triliun.

Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menilai SMGR diperkirakan akan memiliki prospek cerah seiring dengan rencana pemerintahan Joko Widodo-M. Jusuf Kalla yang akan menggenjot sektor infrastruktur. Meski hingga kuartal III/2014 kinerja SMGR melambat, dia yakin hingga akhir tahun masih cukup prospektif.

"Mereka memiliki strategi agar tumbuh flat. Sekarang sedang membangun pabrik sehingga ketika kondisi ekonomi telah membaik, mereka bisa memacu produksi," ujarnya secara terpisah.

Dia memerkirakan, produksi semen SMGR dapat tercapai maksimal sekitar 2-3 tahun ke depan. Saat target produksi telah tercapai, SMRG mampu bersaing dengan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Sesama badan usaha milik negara (BUMN) semen, PT Semen Baturaja justru sebaliknya. Manajemen belum berencana menaikkan harga jual semen akibat kenaikkan harga BBM bersubsidi.

"Kalau untuk BBM selama ini untuk proses produksi kami sudah menggunakan BBM industri dan sebagian biaya distribusi sudah menggunakan BBM non subsidi," katanya saat dihubungi terpisah.

Hingga akhir tahun ini, emiten berkode saham SMBR itu menargetkan volume penjualan semen mencapai 1,31 juta ton, naik 4% dari tahun lalu 1.26 juta ton. Harga jual rata-rata juga ditargetkan dapat mencapai Rp957.425/ton atau naik 3% dari tahun lalu Rp925.713/ton.

Perseroan membidik penjualan sepanjang tahun ini dapat mencapai Rp1,25 triliun, tumbuh 8% dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,16 triliun. Laba bersih diproyeksikan dapat mencapai Rp330 miliar, naik 6% dari sebelumnya Rp312 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Setyardi Widodo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper