Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKONOMI AS: Pamor Emas Mulai Bangkit

Emas melonjak paling besar dalam lima bulan terakhir. Penyebabnya, rilis data pertumbuhan pekerjaan di Amerika Serikat di bawah ekspektasi pasar sehingga pasar menilai Federal Reserve berpeluang mempertahankan suku bunga saat ini.
 Emas batangan
Emas batangan

Bisnis.com, NEW YORK—Emas melonjak paling besar dalam lima bulan terakhir. Penyebabnya, rilis data pertumbuhan pekerjaan di Amerika Serikat di bawah ekspektasi pasar sehingga pasar menilai Federal Reserve berpeluang mempertahankan suku bunga saat ini.

Pertumbuhan pekerjaan Amerika Serikat (AS) bertambah 214.000 pada bulan lalu. Sedangkan, ekspektasi pasar mencapai 231.000. Hasilnya, dolar AS langsung anjlok terhadap beberapa mata uang utama dunia.

Anjloknya dolar AS dan pertumbuhan pekerjaan AS untuk Oktober membuat investor mulai berduyun-duyun kembali berinvestasi emas.

Padahal, sejak bulan lalu investor memilih pindah jenis investasi dari emas ke dolar AS dan saham. Michael Gayed, Kepala Strategi Investasi Pension Partner LLC, mengatakan pasar berharap angka yang lebih tinggi dari rilis data AS itu dan ketika data di bawah ekspektasi maka mata uang Negeri Paman Sam itu langsung terjatuh.

“Momentum kejatuhan dolar AS membuat investor melirik emas sebagai investasi yang paling aman dan dalam kondisi di harga terendah,” ujarnya seperti dilansir, seperti dilaporkan Harian Bisnis Indonesia, Senin (10/11/2014).

Hasil data pertumbuhan pekerjaan bulanan AS pada bulan lalu itu telah menciptakan spekulasi bahwa Federal Reserve (the Fed) akan tetap mempertahankan suku bunga rendah.

Apalagi melihat perekonomian global ternyata belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Pada penutupan akhir pekan lalu, emas Gold Spot menguat drastis sebesar 3,16% menjadi US$1.177

per troy ounce atau Rp459.786 per gram. Sedangkan, harga emas Antam bergerak stagnan sepanjang minggu ini di level Rp522.000 per gram.

Emas sempat mengalami rebound cukup panjang pada Oktober silam. Sejak awal Oktober terjatuh di level US$1.191 perlahan emas merangkak naik hingga level puncak pada bulan itu di angka US$1.248. Tapi, setelah penguatan di level itu, emas jatuh secara perlahan-lahan.

Investor yang pindah jenis investasi dari emas ke dolar AS dan saham menjadi faktor utamanya. Lalu, pada akhir Oktober, pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang memutuskan mengakhiri stimulus moneternya mampu menjatuhkan emas hingga ke level US$1.203.

Setelah FOMC, nasib emas ternyata semakin memburuk. Aksi Bank of Japan (BOJ) yang memperluas stimulus moneternya membuat dolar AS semakin perkasa.

Emas pun langsung jatuh drastis ke level US$1.167. Sampai akhirnya data pertumbuhan pekerjaan AS kembali mengangkat emas.

Selain itu, harga emas yang telah menyentuh level terendah empat tahun terakhir telah menggoda pasar Asia, terutama China dan India.

Kedua negara yang menjadi konsumen terbesar emas itu seperti tak tahan untuk mengambil emas yang sedang murah. The All India Gems & Jewellery Federation mengatakan impor emas India pada kuartal IV/2014 kemungkinan melonjak 75%.

Pasalnya, pada akhir tahun akan ada momentum festival akhir tahun dan musim pernikahan sehingga permintaan emas berpotensi melonjak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto
Editor : Nurbaiti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper