Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hingga Akhir Tahun, Hati-Hati Lirik Saham BUMN

Kinerja emiten pelat merah yang melambat seiring pertumbuhan ekonomi membuat saham-saham perusahaan milik pemerintah disarankan untuk dihindari hingga akhir tahun.
Kantor pusat Aneka Tambang/Bisnis
Kantor pusat Aneka Tambang/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--Kinerja emiten pelat merah yang melambat seiring pertumbuhan ekonomi membuat saham-saham perusahaan milik pemerintah disarankan untuk dihindari hingga akhir tahun.

 Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe mengatakan dari 20 emiten badan usaha milik negara (BUMN), hanya 3 saham yang layak dikoleksi hingga akhir tahun.

Ketiga emiten yang masih dapat diharapkan adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk., PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Menurutnya, saham JSMR dan PGAS dinilai tidak terpengaruh oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Dia menilai, saham SMGR diperkirakan akan memiliki prospek cerah seiring dengan rencana pemerintahan Joko Widodo-M. Jusuf Kalla yang akan menggenjot sektor infrastruktur. Meski hingga kuartal III/2014 kinerja SMGR melambat, dia yakin hingga akhir tahun masih cukup prospektif.

Sejumlah saham emiten BUMN disarankan untuk dihindari minimal hingga akhir tahun ini. Kiswoyo bahkan menyarankan untuk menghindari saham-saham perbankan BUMN seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

"Market akan turun, jangan pegang saham bank dulu terutama BBRI, BMRI, BBNI. Kalau market sudah crash, saham bank BUMN bakal tertekan. Setelah itu baru ambil," katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (6/11/2014).

Dia memprediksi akan terjadi penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG) hingga pemerintah menetapkan pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM). Setelah pengumuman penaikan harga BBM bersubsidi, IHSG dipastikan akan melonjak dan saat itulah waktunya mengoleksi saham perbankan.

Sektor komoditas, katanya, juga menjadi saham yang tidak direkomendasikan untuk dikoleksi minimal hingga akhir tahun ini. Sektor komoditas dinilai memiliki sebuah siklus yang tidak akan terjadi sepanjang tahun.

Tercatat, saham-saham ANTM, PTBA, dan TINS, termasuk yang tidak direkomendasikan. Meskipun kinerja dua emiten komoditas yakni PTBA dan TINS membaik, diperkirakan masih akan tertekan seiring dengan pelemahan harga komoditas global.

Setali tiga uang, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. di sektor manufaktur diperkirakan juga akan terus tertekan akibat kurang efisien dan sengitnya persaingan di pasar global.

Pabrik yang digunakan oleh KRAS dinilai menggunakan teknologi lama yang tidak efisien. Namun, bila KRAS ingin mengganti teknologi, manajemen harus mematikan operasional pabrik minimal selama 2 tahun.

"Makannya KRAS banyak membentuk anak usaha biar dapat teknologi baru. Jika anak-anak usaha sudah memberikan pendapatan, barulah KRAS akan mengganti teknologi pabrik yang lama," jelasnya.

Sementara itu, di sektor farmasi, PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dan PT Indofarma (Persero) Tbk., juga dinilai masih akan terus tertekan seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Begitu pula maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang tertekan oleh rugi kurs dan naiknya harga bahan bakar.

 Dia menilai, sektor penerbangan membutuhkan belanja modal yang sangat besar dan hal itu tentu memberatkan manajemen untuk meraup keuntungan. Investor, sambungnya, tidak menyukai bisnis model seperti itu.

Pendapat berbeda diungkapkan oleh Desmon Silitonga, Analis PT Millenium Danatama Asset Management. Menurutnya, saham-saham perbankan masih layak dikoleksi oleh investor.

Sektor perbankan dinilai masih dapat memberikan kontribusi terhadap pembagian dividen yang cukup besar ketimbang emiten-emiten pelat merah lainnya. Saham perbankan yang masih layak dilirik adalah BBRI, BMRI dan BBNI.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper