Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA EMAS: Comex Melemah Tertekan Kenaikan Saham AS

Emas berjangka di divisi Comex New York Mercantile Exchange terus melemah pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena kenaikan saham-saham AS melumpuhkan permintaan terhadap logam mulia sebagai aset alternatif.

Bisnis.com, CHICAGO - Emas berjangka di divisi Comex New York Mercantile Exchange terus melemah pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena kenaikan saham-saham AS melumpuhkan permintaan terhadap logam mulia sebagai aset alternatif.

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember, turun US$2,2 atau 0,18%, menjadi ditutup pada US$1.239  per ounce. Namun emas masih mengakhiri minggu ini dengan keuntungan sebesar 1,4%, naik untuk minggu kedua berturut-turut di tengah kekhawatiran ekonomi global.

Pasar saham AS menutup pekan ini dengan catatan relatif tinggi, dengan semua indeks acuan utama mencatatkan pertumbuhan lebih dari satu persen pada Jumat. Keuntungan dalam ekuitas mengurangi permintaan emas sebagai aset "safe haven".

Namun, prospek program bailout (dana talangan) lain untuk Yunani memicu permintaan yang lebih tinggi untuk emas, sehingga membatasi kejatuhannya.

Wakil Presiden Komisi Eropa Jyrki Katainen mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis bahwa "tidak boleh ada keraguan bahwa Eropa akan terus membantu Yunani dengan cara apa pun yang diperlukan untuk memastikan kondisi pembiayaan yang wajar bagi negara Yunani dan melancarkan jalan kembali ke akses pasar secara penuh dan berkelanjutan."

Sejak Mei 2010, Yunani telah menerima total 240 miliar euro (US$303,8 miliar) dalam bantuan dari Komisi Eropa, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Sentral Eropa (ECB).

Para analis pasar percaya bahwa karena kekhawatiran ekonomi global membebani investor, emas akan bertahan di sekitar US$1.240 per ounce.

Perak untuk pengiriman Desember kehilangan 10,6 sen, atau 0,61%, menjadi ditutup pada US$17,331 per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik US$9,6 atau 0,77%, menjadi ditutup pada US$1.261,5 per ounce, demikian laporan Xinhua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor :
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper