Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA TIMAH: Tertekan Proyeksi Perlambatan Ekonomi Dunia

Timah bersama komoditas logam industri lainnya terus tertekan setelah proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan IMF melambat. Pelemahan dolar AS terkait hasil FOMC kemarin ternyata tak mampu mengangkat harga komoditas itu untuk bergerak positif.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Timah bersama komoditas logam industri lainnya terus tertekan setelah proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia diproyeksikan IMF melambat. Pelemahan dolar AS terkait hasil FOMC kemarin ternyata tak mampu mengangkat harga komoditas itu untuk bergerak positif.

Proyeksi perlambatan ekonomi Eropa dan China pada tahun ini membuat komoditas logam industri. Belum lagi, perlambatan ekonomi Eropa sejak konflik di Eropa Timur mereda sudah menekan timah pada kuartal III/2014 silam.

PT Equilibrium Komoditi Berjangka Ibrahim mengatakan pelemahan timah juga disebabkan oleh jumlah buyer trader yang terlalu banyak. Sehingga para buyer trader tengah berusaha menjual komoditas itu, tapi di tengah harga yang rendah dan pertumbuhan ekonomi dunia yang tidak begitu bagus.

"Harga timah kemungkinan akan terus tertekan sampai ke level US$19.500 sampai akhir tahun ini. Pertumbuhan ekonomi dunia terutama China dan Eropa yang masih belum membaik menjadi alasan utamanya," ujarnya kepada Bisnis pada Kamis (9/10/2014).

Pada penutupan kemarin, Timah mengalami pelemahan paling besar dibandingkan dengan komoditas logam industri lainnya sebesar 0,86%.

Pelemahan itu membuat timah mencapai level terus terperosok ke level terendah 15 bulan terakhir di angka US$20.150 per metrik ton.Level tertinggi harga timah sepanjang tahun ini dicapai pada pertengahan tahun ini di level US$23.740 per metrik ton.  

Sedangkan, komoditas logam industri lainnya juga turut melemah seperti, tembaga mencatatkan pelemahan sebesar 0,04% menjadi US$2.320. Lalu, alumunium melemah 0,77% menjadi US$1.940 dan bijih besi melemah 0,49% menjadi US$6.637.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper