Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Laba Emiten BUMN Diprediksi Melambat, Kenapa?

Pertumbuhan laba emiten badan usaha milik negara (BUMN) diperkirakan akan melambat sepanjang periode 2014 dibandingkan 2013 akibat pertumbuhan ekonomi yang terkoreksi.
Krakatau Steel salah satu emiten yang pertumbuhannya melambat/Bisnis
Krakatau Steel salah satu emiten yang pertumbuhannya melambat/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Pertumbuhan laba emiten badan usaha milik negara (BUMN) diperkirakan akan melambat sepanjang periode 2014 dibandingkan 2013 akibat pertumbuhan ekonomi yang terkoreksi.

Pertumbuhan laba bersih 20 emiten badan usaha milik negara (BUMN) sepanjang periode Januari-Juni 2014 turun 2,74% menjadi Rp40,08 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp41,2 triliun.

Analis PT Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga memprediksi sepanjang tahun ini kinerja emiten BUMN akan melambat seiring dengan koreksi pertumbuhan ekonomi. Kondisi ekonomi global yang melambat juga menjadi kontribusi terhadap perlambatan kinerja emiten BUMN.

"Dipastikan bisa lebih lambat dari tahun lalu karena pertumbuhan ekonomi melambat dan permintaan luar negeri juga turun, ini cukup besar pengaruhnya," ungkapnya ketika dihubungi Bisnis, Senin (1/9/2014).

Menurutnya, perlambatan kinerja emiten BUMN masih cukup wajar terutama karena pertumbuha ekonomi tahun ini yang diperkirakan hanya berada pada level 5,1%-5,3%. Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,8%-6%, kinerja emiten BUMN dapat tumbuh 12,03%.

Dia memerkirakan sektor perbankan dan konstruksi akan menjadi penopang kinerja emiten BUMN sepanjang tahun ini. Kendati demikian, pertumbuhan laba 4 bank BUMN diperkirakan masih akan melambat akibat perlambatan kredit dan pertumbuhan ekonomi.

Sektor konstruksi diperkirkaan masih dapat tumbuh rata-rata 5%-10% hingga akhir tahun. Sedangkan sektor industri semen diperkirakan akan stagnan dibandingkan pertumbuhan tahun lalu.

Sementara itu, dari sisi penekan kinerja BUMN, dua emiten masih akan menjadi kontributor terbesar. Garuda Indonesia dan Krakatau Steel diprediksi akan menjadi penyumbang kerugian emiten BUMN sepanjang tahun ini.

Garuda dinilai terlalu berat untuk menggenjot keuntungan karena selain tertekan rugi kurs, emiten berkode saham GIAA itu juga harus menanggung beban operasional yang terus meningkat. Padahal, pendapatan dari penerbangan internasional belum signifikan akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi global.

"Sedangkan Krakatau Steel, memang dalam 3 tahun terakhir kinerjanya tidak terlalu dapat diharapkan," paparnya.

Emiten berkode saham KRAS, sambungnya, tertekan oleh permintaan baja yang terus menurun khususnya dari China. Kemudian, KRAS juga terkena dampak depresiasi nilai tukar rupiah sehingga perseroan terkena rugi forex.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper