Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KONSENTRAT MINERAL: Ekspor Dilarang, Penjualan Antam Anjlok 35%

Pelarangan ekspor bijih mineral mentah oleh pemerintah mengakibatkan penjualan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. anjlok sebesar 35% pada semester I/2014.

Bisnis.com, JAKARTA--Pelarangan ekspor bijih mineral mentah oleh pemerintah mengakibatkan penjualan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk. anjlok sebesar 35% pada semester I/2014.

Tri Hartono, Sekretaris Perusahaan Antam mengatakan pada semester I/2014, nilai penjualan bersih tidak diaudit perseroan mencapai Rp3,99 triliun. Jumlah tersebut turun 35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Seiring dengan penurunan harga komoditas utama Antam yakni nikel dan emas serta kebijakan pemerintah yang melarang ekspor bijih mineral mentah," ungkapnya dalam keterangan pers, Rabu (6/8/2014).

Emas tercatat menjadi kontributor terbesar terhadap penjualan bersih pada paruh pertama tahun ini sebesar 49% atau senilai Rp1,95 triliun.

Dia mengungkapkan, khusus kuartal II/2014 terjadi penurunan nilai penjualan sebesar 40% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp1,68 triliun.

Penurunan tertinggi terjadi pada produksi bijih nikel periode Januari-Juni 2014. Regulasi pemerintah yang melarang ekspor bijih mineral sejak 12 Januari 2014 mengakibatkan produksi bijih nikel Antam anjlok tajam hingga 93%.

Total produksi bijih nikel periode Januari-Juni 2014 hanya mencapai 396.461 wmt, melorot dari periode yang sama tahun sebelumnya 6,07 juta wmt.

Penurunan terbesar terjadi pada bijih nikel kadar rendah yang kini tak lagi diproduksi oleh perseroan.

Padahal, pada periode Januari-Juni 2013, produksi bijih nikel kadar rendah mencapai 2,01 juta wmt.

Regulasi pemerintah, sambungnya, juga mengakibatkan volume penjualan bijih nikel merosot tajam hingga 95% menjadi 215.400 wmt sepanjang paruh pertama tahun ini.

Periode Januari-Juni 2013, perseroan berhasil menjual bijih nikel sebanyak 4,49 juta wmt.

Penurunan volume penjualan tersebut berdampak pada anjloknya pendapatan Antam dari bijih nikel hingga 95% menjadi Rp89 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper