Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK MENTAH: Kilang di AS Ditutup, WTI dan Brent Anjlok

Harga minyak di New York jatuh ke level terendah pada akhir Juli, Kamis (31/1/2014) sejak pertengahan Maret, dipicu oleh penutupan kilang yang tidak direncanakan di midwest Amerika Serikat.
 Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, NEW YORK - Harga minyak di New York jatuh ke level terendah pada akhir Juli, Kamis (31/1/2014) sejak pertengahan Maret, dipicu oleh penutupan kilang yang tidak direncanakan di midwest Amerika Serikat.

Kontrak berjangka minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September, turun US$2,10 menjadi berakhir di US$98,17 per barel di New York Mercantile Exchange.

Di perdagangan London, patokan Eropa, minyak mentah Brent untuk pengiriman September turun US$49 sen menjadi menetap pada US$106,02 per barel.

Andy Lipow, kepala konsultan Houston pada Lipow Oil Associates, mengatakan berita bahwa sejumlah kilang minyak di midwest mengalami penutupan mengakibatkan sejumlah tekanan signifikan terhadap WTI hari ini.

Kekhawatirannya adalah bahwa persediaan minyak mentah akan menumpuk di pusat perdagangan minyak Cushing, Oklahoma yang diawasi ketat, dan WTI dihargakan.

Lipow mengatakan para pedagang juga sedang menunggu pemeliharaan yang direncanakan pada September di banyak kilang ketika musim wisata musim panas berakhir.

Para analis mengatakan minyak kemungkinan mengumpulkan tekanan jual tambahan dari kekalahan di pasar ekuitas AS pada Kamis.

Sementara itu, kontrak minyak AS anjlok, minyak mentah Brent pada Kamis turun moderat, yang lebih berpengaruh ke pasar minyak internasional.

Pertanyaan kunci mencakup pengaruh sanksi baru terhadap produksi minyak Rusia dan dampak berlanjutnya kekerasan di Libya pada produksi negara Afrika Utara itu.

Eurasia Group memprediksi Brent akan terus diperdagangkan di kisaran US$105-US$110 per barel pada kuartal ketiga.

"Kekhawatiran tentang risiko geopolitik akan terus mendukung, terutama dalam kaitannya dengan kerapuhan yang dirasakan dalam pemulihan parsial pada produksi Libya dan kekhawatiran terbaru tentang risiko yang berkaitan dengan Iran," kata konsultan dalam sebuah catatan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Nurbaiti
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper