Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SEMEN INDONESIA (SMGR): Margin Keuntungan 2014 Tertekan

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. mengaku margin keuntungan perseroan pada tahun ini akan tertekan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan biaya transportasi.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. mengaku margin keuntungan perseroan pada tahun ini akan tertekan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan biaya transportasi.

Perseroan membidik penjualan domestik pada semester II/2014 dapat mencapai lebih dari 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Agung Wiharto mengatakan pada paruh pertama tahun ini pertumbuhan penjualan semen domestik mencapai 5,2%.

Padahal, pertumbuhan penjualan industri semen secara keseluruhan mencapai 4%.

"Pertumbuhan penjualan kami lebih tinggi dari industri, kami berharap pertumbuhan semester II/2014 lebih dari 6%, sehingga tahun ini dapat tumbuh 5% year-on-year," ungkapnya kepada Bisnis.com, Rabu (16/7/2014).

Dia menilai pertumbuhan laba bersih sedikit mengalami perlambatan. Penyebabnya, terjadi kenaikan biaya operasional terutama akibat kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan tarif transportasi.

Marjin keuntungan Semen Indonesia, sambungnya, sedikit tergerus sepanjang tahun ini.

Pasalnya, kenaikan biaya operasional itu tidak diimbangi dengan kenaikan harga jual semen.

Hingga akhir semester I/2014, perseroan telah menaikkan harga jual rata-rata semennya sekitar 4%-5%.

Padahal biaya produksinya mengalami peningkatan sebesar 6%-7%.

Dia menilai, seharusnya perseroan menaikkan harga jual semen setara dengan kenaikan biaya operasional agar laba tidak tergerus.

Namun, penaikan harga semen juga tidak bisa serta merta dilakukan karena adanya persaingan, pelemahan permintaan.

"Untuk menaikkan harga juga susah di semester kedua, kami menaikkan sebisanya, lainnya itu efisiensi," ujarnya.

Emiten pelat merah dengan kode saham SMGR itu membukukan peningkatan laba bersih sebesar 6%-8% sepanjang paruh pertama tahun ini.

Tercatat laba bersih perseroan naik menjadi Rp2,73 triliun-Rp2,78 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp2,58 triliun.

Menurutnya, kenaikan laba bersih itu ditopang oleh naiknya pendapatan pada periode Januari-Juni 2014.

Perseroan membukukan pertumbuhan pendapatan hingga 10%-12% menjadi Rp12,56 triliun-Rp12,79 triliun dari periode sebelumnya Rp11,42 triliun.

BUMN semen ini mencatat kenaikan volume penjualan sebesar 4,9% dengan pertumbuhan penjualan dalam negeri mencapai 6%.

Pertumbuhan penjualan semen di dalam negeri ditopang oleh anak-anak usaha perseroan.

PT Semen Gresik tercatat mampu meningkatkan volume penjualan sebesar 9,6% menjadi 6,89 juta ton dibandingkan periode sebelumnya 6,28 juta ton.

Lalu PT Semen Tonasa yang berhasil menjual 2,55 juta ton atau naik 3,7% dari 2,46 juta ton.

Kendati demikian, PT Semen Padang justru turun 1,9% menjadi 3,33 juta ton dari periode 6 bulan pertama tahun lalu yang mencapai 3,39 juta ton.

Begitu pula ekspor SMGR yang tercatat turun 34,9% menjadi 58.550 ton dari sebelumnya 89.900 ton.

Penurunan itu disebabkan dari anjloknya penjualan Semen Padang sebesar 22,5% dan Semen Tonasa sebesar 46%.

"Ekspor kurang dari 5% dari total penjualan, kami akan ekspor kalau ada sisa," paparnya.

Kapasitas SMGR di domestik mencapai 31 juta ton, dan ditargetkan akan dinaikkan sebanyak 8 juta ton.

Untuk itu, pada 2014 kapasitas semen perseroan akan menjadi 40 juta ton.

Sementara itu, kontribusi perusahaan semen di Thang Long Cement Vietnam mencapai 8,2% dari total produksi yakni mencapai 2,3 juta ton.

Perusahaan yang baru diakuisisi itu, kini telah beroperasi sepenuhnya.

Ditargetkan dalam 2-3 tahun mendatang, kontribusi pabrik semen di Vietnam yang diakuisisi pada 2012 lalu itu dapat mencapai 10%-15%.

Semen Indonesia mencaplok 70% saham Thang Long Cement dari Geleximco dengan nilai US$157 juta.

Dia mengungkapkan, pertumbuhan penjualan semen di Vietnam sendiri tergolong rendah mencapai 2%.

Perseroan mengkaji untuk meningkatkan kapasitas produksi apabila pertumbuhan domestik Vietnam terus meningkat.

"Dari Vietnam ini diekspor juga ke Singapura, Myanmar, Bangladesh dan Peru. Permintaannya terus meningkat," tuturnya.

Di sisi lain, sambungnya, perseroan tahun ini menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp5,5 triliun - Rp5 triliun.

Hingga Juni 2014, dana capex yang telah terserap mencapai 40%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper