Bisnis.com, HONG KONG—Nikel diprediksi akan melanjutkan kenaikan harga karena pasar sedang menuju pada keadaan defisit yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya akibat larangan ekspor mineral mentah dari Indonesia.
Kepala Komoditas Citigroup Inc. Edward Morse mengungkapkan pasokan dunia akan mengalami kekurangan 3.000 ton pada akhir tahun dengan defisit yang akan melebar ke 134.900 ton tahun depan.
Sementara itu, hasil pemilu presiden Indonesia diprediksi tidak akan terlalu berpengaruh terhadap kebijakan larangan eskpor tersebut karena kedua calon presiden, Joko Widodo dan Prabowo Subianto, mengindikasikan akan mempertahankan regulasi tersebut.
Sejak adanya regulasi tersebut, harga nikel terus melambung karena Indonesia merupakan negara produsen terbesar logam industri tersebut.
Pada perdagangan hari ini, Senin (14/7/2014), nikel untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) turun 0,3% ke level US$19.320 per metrik ton. Adapun harga rata-ratanya tahun ini senilai US$16.795 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel