Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Omzet Kalbe Farma Capai Rp16 Triliun, Naik 17,4%

PT Kalbe Farma Tbk (Persero) membukukan penjualan bersih konsolidasi indikatif Rp16,01 triliun pada 2013 atau meningkat 17,4% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp13,64 triliun..
Bisnis.com, JAKARTA– PT Kalbe Farma Tbk (Persero) membukukan penjualan bersih konsolidasi indikatif sebesar Rp16,01 triliun pada 2013 atau meningkat 17,4% dibandingkan dengan ralisasi pada periode yang sama tahun lalu Rp13,64 triliun. 

Berdasarkan laporan keuangan sebelum diaudit, Kalbe membukukan kinerja yang positif pada 2013 dengan pertumbuhan penjualan bersih sesuai dengan target perseroan.
 
Vidjongtius, Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan Kalbe, mengatakan di tengah melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, perseroan mampu mencapai pertumbuhan penjualan yang mantap didukung volume konsumsi yang meningkat pesat. 

Dia mengatakan laba kotor bertumbuh 17,5% dibandingkan 2012. Sementara itu, margin laba kotor terhadap penjualan bersih stabil dibandingkan tahun sebelumnya pada level 47,9%.
 
Melemahnya nilai tukar rupiah, menurut Vidjongtius, memang memberikan tekanan terhadap margin. Namun demikian, dengan strategi kebijakan harga dan pengaturan portofolio produk yang baik, perseroan berupaya menjaga margin agar tetap stabil.   

“Laba usaha bertumbuh sebesar 14,6%. Rasio laba usaha terhadap penjualan bersih pada tahun lalu menurun menjadi 15,9% dari 16,3% pada 2012 akibat peningkatan beban penjualan dan pemasaran serta biaya riset dan pengembangan,” ujarnya, Rabu (12/2/2014).
 
Sepanjang 2013, ujarnya, perseroan terus melakukan aktivitas pemasaran secara intensif di seluruh Indonesia, khususnya aktivitas pemasaran langsung kepada konsumen, untuk meningkatkan brand awareness.
 
Perseroan juga terus melakukan riset dan pengembangan untuk memperkuat portofolio produk di berbagai segmen, termasuk produk obat berbasis riset.
 
Vidjongtius mengatakan laba bersih bertumbuh sebesar 10,8% dibandingkan 2012. Pertumbuhan laba bersih yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan laba usaha terutama disebabkan oleh dampak depresiasi kurs rupiah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khamdi
Editor :

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper