Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi IHSG, Window Dressing Bergantung Neraca Perdagangan

Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan melonjak pada akhir tahun ini jika data defisit neraca perdagangan membaik, membuka aksi window dressing menjelang 2014

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan melonjak pada akhir tahun ini jika data defisit neraca perdagangan membaik, membuka aksi window dressing menjelang 2014.

“Pokoknya selama data neraca perdagangan dan inflasi Indonesia yang keluar pekan depan [minggu ini] baik, indeks bisa melaju karena window dressing bakal ramai,” ujar Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo, Minggu (1/12).

Dia menambahkan kondisi IHSG saat ini sebenarnya agak mengkhawatirkan. Hal itu karena menjelang akhir tahun, posisi indeks masih di bawah level penutupan akhir 2012. Namun, berkaca dari sejarah selama 11 tahun terakhir, IHSG seharusnya bakal menanjak akhir tahun ini.

“Dalam 11 tahun terakhir, IHSG hanya turun sekali secara year on year. Hal itu terjadi pada 2008, dimana krisis keuangan global melanda,” jelas Satrio.

Satrio beranggapan, kondisi pelemahan ekonomi Indonesia saat ini masih lebih baik pada saat krisis global 2008, oleh karena itu indeks seharusnya masih bisa menguat. Dia menuturkan saat ini pelaku pasar masih wait and see dan mengkalkulasi kondisi tahun depan.

“Mau tak mau pemilu jadi kalkulasi pelaku pasar terkait kondisi ekonomi tahun depan. Namun selama 5 pemilu terakhir, toh IHSG mampu terus naik,” paparnya.

Sementara terkait sentimen eksternal, Satrio beranggapan hal itu bakal menjadi faktor ‘sampingan’ pada pekan ini. Menurutnya, pelaku pasar bakal fokus ke data neraca perdagangan dan inlasi karena sudah mulai bosan dengan isu pengurangan stimulus AS.

“Saya memprediksi IHSG bakal berada di kisaran 4.200 hingga 4.275 dengan kecenderungan menguat. Indeks bakal masuk ke lajur rally hingga penghujung tahun jika bisa menembus level 4.275,” imbuh Satrio.

Di sisi lain, Kepala Riset PT Trust Securities dalam riset mingguannya pada Minggu (1/12) memperkirakan pekan ini IHSG akan berada pada rentang support 4.195-4.238 dan resisten 4.289-4.367 dengan kecenderungan adanya pelemahan.

Menurutnya IHSG gagal bertahan di kisaran target support sebelumnya (4.282-4.310) sehingga memberikan gambaran aksi jual masih terjadi dan dapat kembali menahan laju indeks di pekan depan sehingga belum dapat keluar dari zona tren pelemahannya.

“Diharapkan rilis data-data ekonomi di awal pekan dapat lebih baik untuk mengurangi tekanan jual. Namun sebaiknya pelaku pasar tetap mewaspadai potensi pembalikan arah,” ujarnya dalam riset.

Lebih lanjut, dari sisi kinerja saham, tiga besar emiten yang menjadi top loser selama sepekan lalu adalah PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. (ROTI) yang anjlok 78,75%, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) merosot 26,58% dan PT Asiaplast Industries Tbk. (APLI) turun 22,97%.

Dua perusahaan teratas merupakan emiten yang cukup dikenal investor.

Satrio berpendapat anjloknya saham Nippon Indosari diperkirakan karena aksi pemecahan saham (stock split) yang dilakukan perseroan tidak direspon positif oleh pasar. Padahal biasanya aksi stock split dapat mendongkrak kinerja saham.

“Sementara kalau untuk BUMI, selain karena ada rumor right issue, juga karena track record perusahaan yang kurang baik dan pasar masih belum yakin dengan proses restrukturisasi utang yang dilakukan,” tutur Satrio. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Giras Pasopati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper