Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menanti 'Ledakan' Investor Saham Indonesia

Berdasarkan data Bank Dunia, pada 2003 jumlah kelas menengah di Indonesia hanya sebesar 37,7%. Namun, pada 2010 jumlah itu meningkat 56,6% mencapai 134 juta jiwa. Sebelumnya beberapa ekonom sempat memprediksi saat ini sudah lebih dari 60% penduduk yang menjadi kelas menengah.

Seribu lebih orang berada dalam Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Bantul, Yogyakarta pada siang itu. Mayoritas adalah remaja. Lebih spesifik lagi, mereka mahasiswa. Salah satu remaja putri saya tanya apa tujuannya datang ke sini, dia menjawab,”Aku pengen jadi salah satu dari 1.000 investor ini mas.”

Bisnis.com, JAKARTA - Kamis, 21 November 2013, saya datang sejak pagi, sekitar pukul 08.00 WIB. Nantinya bakal diadakan pencatatan rekor MURI tentang pembukaan rekening akun trading saham terbanyak dalam 1 hari di sana. Target jumlahnya adalah 1.000 investor baru.

Bagi yang lama tinggal di kota gudeg tersebut pasti mengerti jika Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berada di pinggiran kota. Jauh dari hingar bingar kondisi pusat kota yang kian padat. Saya sendiri tak yang menyangka bakal ada 1.000 investor baru di sana.

Kali ini, manuver PT Bursa Efek Indonesia dalam menambah jumlah investor lokal memang menarik. Dengan menggandeng UMY dan PT First Asia Capital, strategi menarik investor lokal dengan tema pencatatan rekor MURI ini nyatanya berhasil.

Hingga akhir acara, sekitar 1.100 investor sudah memasuki Sportorium. Demi mencapai target investor, First Asia rela menurunkan nilai minimum awal pembukaan akun dari Rp1 juta menjadi Rp100.000.

Direktur Utama First Asia Alfo Tjahaja, dengan setelan batik biru muda terlihat berbinar saat sekitar 1.100 kaum muda tersebut resmi menjadi nasabah sekuritasnya. “Dari acara ini kami meraup sekitar Rp500 juta,” ujarnya sewaktu konferensi pers.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi UMY Bondan Kejawein berasal dari Batam. Rambutnya spikey, pakaiannya rapi, jauh dari kesan ketua BEM yang seringkali dicap ‘militan’.

Bondan mengatakan ‘booming’ investasi saham di kalangan mahasiswa Yogyakarta memang sedang terjadi, tepatnya terlihat sejak 2011. Menurutnya mahasiswa saat ini kian sadar akan kemandirian keuangan.

“Dalam kuliah kami juga mulai mengenal pasar modal secara fundamental. Dan saya sendiri lebih memilih saham karena return yang tinggi,” ungkap Bondan dalam kesempatan yang sama.

Direktur PT Bursa Efek Indonesia Ito Warsito dalam sambutannya menyatakan acara tersebut mempunyai beberapa misi. Selain misi pendidikan pasar modal, mereka juga sedang menyasar kaum muda sebagai investor prospektif.

“Selain itu kami berencana menaikkan komposisi investor lokal yang masih kalah dari pemodal asing dengan besaran 60%. Kami ingin Indonesai mandiri, dan asing hanya jadi ‘pelengkap’ ekonomi,” ungkapnya dalam sambutan.

Berkaca pada angka 2012, jumlah investor ritel kita hanya 0,2% dari populasi. Bandingkan dengan Singapura 30%, dan Malaysia sudah 20%. Hal ini menjadikan pasar modal kita mudah goyah dan tidak imun saat diterpa sentimen eksternal.

Hal itu ditambah rasio kapitalisasi pasar saham Indonesia terhadap produk produk domestik bruto (PDB) yang masih sangat rendah, hanya sekitar 49%, dibandingkan Filipina 90%, Thailand 105%, dan Malaysia 150%.

Namun setidaknya harapan masih besar terkait kondisi ekonomi negeri ini. Pertumbuhan ekonomi di atas 5% dan kian meningkatnya masyarakat kelas menengah harus kita garis bawahi.

Laporan Bank Dunia bertajuk Global Development Horizons 2011 Multipolarity: The New Global Economy menempatkan Indonesia, Brasil, China, India, Korea Selatan, dan Rusia sebagai penopang pertumbuhan ekonomi dunia hingga 2025 mendatang.

Bank Dunia menilai lebih dari 50% pertumbuhan ekonomi dunia akan disumbangkan oleh enam negara kekuatan ekonomi baru ini. Kita boleh merasa tinggi hati dengan pernyataan Bank Dunia tersebut.

Berdasarkan data Bank Dunia, pada 2003 jumlah kelas menengah di Indonesia hanya sebesar 37,7%. Namun, pada 2010 jumlah itu meningkat 56,6% mencapai 134 juta jiwa. Sebelumnya beberapa ekonom sempat memprediksi saat ini sudah lebih dari 60% penduduk yang menjadi kelas menengah.

Pulang dari acara, saya sempat tersenyum-senyum sendiri. Saya membayangkan jika seluruh masyarakat kelas menengah tersebut ‘melek’ pasar modal dan akhirnya memutuskan untuk berinvestasi di instrumen investasi tersebut.  

Ya, mungkin saja besok akan ada pemecahan rekor 2.000 investor dan terus berlanjut. Dengan populasi terbesar ke-4 di dunia, hal itu tampak mudah kan?

Saya juga sempat berpikir, masyarakat kita mulai ‘haus’ akan peningkatan posisi keuangan. Seperti kata filsuf Jerman Arthur Schopenhauer, “Kekayaan bagaikan air laut, semakin kita meminumnya, semakin kita menjadi haus.”  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Giras Pasopati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper