Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prediksi Rupiah: Kurs Masih Digerakkan Sentimen Eksternal

Pekan depan penggerakan rupiah masih didominasi data-data eksternal, terutama dari AS. Meki demikian, pasar juga masih menantikan sejumlah data internal. Analis memprediksi, rupiah akan bergerak pada Rp11.400Rp11.450 per dolar AS.

Bisnis.com, JAKARTA - Pekan ini penggerakan rupiah masih didominasi data-data eksternal, terutama dari AS. Meki demikian, pasar juga masih menantikan sejumlah data internal. Analis memprediksi, rupiah akan bergerak pada Rp11.400—Rp11.450 per dolar AS.

Analis dari PT Trust Securities, Reza Priyambada menilai faktor ekstenal ini lebih berpengaruh sejak pertemuan Fed Open Market Committee (FOMC) yang membuka kembali isu tentang pengurangan stimulus moneter untuk AS (tapering). Dia menilai, saat ini pasar cenderung wait and see.

“Ini semua terjadi karena volume perdagangan valas berkurang, [pasar] masih menunggu data-data yang akan dirilis,” katanya pada Bisnis Jumat (8/11/2013).

Pada penutupan bursa pekan lalu, pasar tengah menantikan rilis data penting dari AS, yaitu data nonfarm payrolls dan tingkat pengangguran negeri Abang Sam tersebut. Data yang dirilis pada Jumat malam itu menunjukkan kenaikan tingkat pekerja di sektor nonpertanian (nonfarm) tercatat melampaui ekspektasi analis.

Selama Oktober, jumlah pekerja bertambah 204.000 orang dari perkiraan semula yang hanya berkisar 120.000. Adapun tingkat pengangguran AS meningkat ke posisi 7,3%, naik dari bulan sebelumnya pada 7,2%.

Akibatnya, nilai dolar melonjak pada penutupan bursa lalu ke titik tertinggi selama 2 bulan terakhir terhadap sebagian besar mata uang global. Hal ini bisa jadi menekan rupiah pada awal pekan ini.

Namun demikian, dikutip dari Bloomberg, peningkatan jumlah pekerja tersebut tampaknya tak lantas membuat Federal Reserve (the Fed) bergegas untuk tapering.

Sebagian besar analis yang disurvei Bloomberg mengatakan, the Fed baru akan membuka kemungkinan tapering pada FOMC Maret tahun depan. Pasalnya mereka masih membutuhkan bukti-bukti lain yang merujuk pada perbaikan ekonomi AS.

Adapun pekan ini, menurut Reza, data eksternal yang ditunggu adalah indeks manufaktur sejumlah negara di Eropa. Selain itu, pasar juga menunggu data dalam negeri seperti hasil rapat Dewan Gubernur BI dan rilis neraca pembayaran dari BI.

Sementara itu analis dari PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih mengungkapkan meski melemah yang patut diapresiasi adalah volatilitas rupiah yang sudah mulai berkurang. Hal ini berarti rupiah mulai stabil. Kalaupun melemah, hal itu relatif terbatas.

Mengecilnya volatilitas ini, menurutnya, juga akan mendorong investor untuk masuk kembali. Pasalnya, Lana menilai pergerakan mata uang yang stabil justru jadi faktor penting yang menumbuhkan optimisme pasar, dibandingkan dengan gerak penguatan yang cepat namun diiringi dengan fluktuasi nilai yang tinggi.

Dia memperkirakan, gerak rupiah tak akan banyak berbeda dengan pekan lalu. “Saya kira untuk sementara masih Rp11.400—Rp11.450,” katanya.

Sebagai catatan, sepanjang pekan lalu rupiah bergerak pada kisaran Rp11.356—Rp11.413 per dolar AS di Bloomberg Dollar Index. Adapun nilai tengah BI berada pada kisaran Rp11.389—Rp11.414 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper