Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Persediaan AS Melonjak, Harga Minyak Anjlok

Harga minyak AS turun untuk hari kedua berturut-turut pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah laporan Departemen Energi menunjukkan peningkatan besar mengejutkan dalam persediaan AS.

Bisnis.com, NEW YORK--Harga minyak AS turun untuk hari kedua berturut-turut pada Rabu (Kamis pagi WIB), setelah laporan Departemen Energi menunjukkan peningkatan besar mengejutkan dalam persediaan AS.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember jatuh US%1,43  menjadi ditutup pada US$96,77 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember naik 85 sen menjadi menetap di 109,86 dolar AS per barel di perdagangan London.

Penurunan dalam WTI menyusul laporan Departemen Energi AS yang menunjukkan bahwa stok minyak AS naik sebesar 4,1 juta barel pada pekan lalu, jauh di atas konsensus perkiraan Dow Jones Newswires sebesar 2,2 juta barel.

Itu kenaikan mingguan keenam berturut-turut dalam persediaan minyak mentah di ekonomi terbesar dunia. Laporan juga menunjukkan peningkatan 2,2 juta barel di pusat perdagangan minyak AS di Cushing, Oklahoma. "Ada begitu banyak minyak diproduksi," kata John Kilduff, mitra pendiri hedge fund Again Capital.

Kilduff juga mengutip serangkaian data ekonomi AS yang lemah baru-baru ini, termasuk angka suram pada kepercayaan konsumen.

Stephen Schork, analis yang mempublikasikan Laporan Schork di pasar minyak, mengatakan faktor kunci dalam melimpahnya pasokan minyak adalah jatuhnya permintaan musiman. "Saat ini, permintaan di pasar lemah, Setiap tahun selalu lemah. Itu akan meningkat."

Sementara itu, Brent mendapat dukungan dari gangguan pasokan di Libya karena pemogokan di ladang minyak dan ketidakstabilan politik.

"Tidak ada indikasi bahwa pasokan minyak Libya akan normal kembali dalam waktu dekat -- selama empat bulan terakhir ini telah terhambat oleh protes di terminal-terminal ekspor dan ladang-ladang minyak negara itu," kata analis Commerbank dalam sebuah catatan penelitian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor :
Sumber : Antara/AFP

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper