Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA KAPAS: Berpotensi Turun setelah Jumlah Tanaman Naik

BISNIS.COM, MUMBAI—Petani kapas di India, produsen kapas kedua terbesar, bisa meningkatkan jumlah tanamannya dari perkiraan awal, setelah musim hujan mengurangi kekeringan di wilayah utama penanaman, yang berdampak terhadap penurunan jumlah produksi

BISNIS.COM, MUMBAI—Petani kapas di India, produsen kapas kedua terbesar, bisa meningkatkan jumlah tanamannya dari perkiraan awal, setelah musim hujan mengurangi kekeringan di wilayah utama penanaman, yang berdampak terhadap penurunan jumlah produksi tahun sebelumnya.

Dhiren Sheth, ketua Asosiasi Kapas India mengatakan area tanaman dalam 12 bulan, mulai 1 Oktober kemungkinan sama dengan 11,77 juta hektar area pada 2012-2013. Angka itu, lebih besar dari perkiraan penurunan 6,5% menjadi 11 juta hektar dalam survei Bloomberg yang dipublikasikan pada 8 April.

Prospek untuk hasil yang lebih baik dan lonjakan persediaan dapat meningkatkan surplus ekspor India, yang berpotensi menekan harga di New York yang naik 13% pada tahun ini, menjadi kenaikan terbesar di antara 24 komoditas dalam indeks Standard & Poor GSCI.

International Cotton Advisory Committee memperkirakan produksi global akan turun 4,8% pada awal musim 1 Agustus, sedangkan permintaan naik 2,3%. Cuaca kering menghambat pertumbuhan tanaman di Texas, negara bagian AS dengan jumlah perkebunan terbesar.

Petani telah menanam 1,17 juta hektar pada 7 Juni, turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya 1,18 juta hektar, menurut data dari Departemen Pertanian. Cotton Advisory Board mengatakan pada 17 April, panen turun sekitar 4% menjadi 34 juta bal 170 kilogram setiap musim ini.

Sheth menambahkan ekspor mungkin sebesar 9,5 juta bal pada tahun ini, lebih tinggi dari perkiraan pemerintah sebesar 8,1 juta bal.

Adapun nilai kapas untuk pengiriman Desember turun 0,8% menjadi 85,18 sen per pon di ICE Futures AS di New York kemarin. Nilai kontrak anjlok 18% pada tahun lalu, memperpanjang penurunan pada 2011.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Giras Pasopati
Editor : Nurbaiti
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper